 |
| Para porter menanti dengan penuh harap penumpang kereta api yang akan menggunakan jasa mereka. |
Maklum saja, semenjak pandemi Covid-19 melanda dunia, termasuk di Indonesia. Penumpang KA yang biasanya ramai hilir mudik di Stasiun Cirebon merosot tajam. Hal ini berimbas besar pada satu-satunya sumber penghasilan mereka, yakni jasa angkutan barang penumpang.
Hal tersebut seperti yang diceritakan salah seorang Porter stasiun Cirebon, Abdul Kholiq kepada cirebonbribin pada Sabtu (19/6).
Menurutnya, saat kondisi normal biasanya Ia bisa mengantongi uang hingga Rp 100 ribu untuk dibawa pulang ke rumah. Jumlah tersebut sudah di kurangi biaya makan dari pukul 8 pagi hingga 4 sore.
"Jauh banget, sehari biasanya bisa bawa pulang Rp 100 ribu. Ya walau gak tentu, bisa juga kurang dari itu," ungkapnya.
Pria yang telah lima tahun menjadi porter ini merasakan persis bagaimana rasanya dampak dari pandemi Covid-19.
"Kalau sekarang yang kadang tidak dapat uang untuk dibawa pulang, hari ini saja baru dapat satu. Itupun sudah digunakan untuk makan," katanya.
Dia menjelaskan, tidak ada tarif pasti yang di patok untuk jasa angkutan barang penumpang KA. Tergantung pada keikhlasan penumpang.
"Biasanya berkisar antara Rp 10 ribu sampai Rp 20 ribu," jelasnya.
Senada dengan Kholiq, salah seorang porter lainnya, Kodir mengatakan bahwa sejak pandemi datang. Para porter bisa dikatakan kehilangan sumber penghasilan.
Maklum saja, mereka tidak memiliki gaji tetap.
"Hanya mengandalkan uang jasa dari penumpang saja," ujarnya.
Namun dirinya mengaku tetap bersyukur, terlebih saat ini sudah mulai cukup banyak perjalanan KA yang dibuka.
"Ya paling tidak ada harapan lah, gak kaya Lebaran kemarin," pungkasnya. (CB-003)