Rabu, 10 Oktober 2018

Rabu, Oktober 10, 2018
Untuk mengubah citra buruk daerah Kriyan, warga setempat diberikan pelatihan membatik dengan pewarna alami. Dan melalui pelatihan ini, diharapkan lima tahun mendatang daerah Kriyan akan menjadi kampung batik di Kota Cirebon.

Ketua KPA Kota Cirebon, Dr. Siska mengungkapkan selama ini kawasan Kriyan di mata masyarakat Kota Cirebon merupakan daerah yang kumuh, daerah penjudi, marak penggunaan narkotika dan obat-obatan terlarang, perdagangan manusia, banyak terdapat anak putus sekolah hingga terjadinya kekerasan seksual. “Kami ingin mengubah citra kumuh kampung ini hingga nantinya bisa menjadi daerah unggulan di Kota Cirebon,” ungkap Siska di Basecamp Pelatihan Seni Membatik RW 17 Kriyan Barat Kelurahan Pegambiran Kecamatan Lemahwungkuk, Selasa (9/10). 

Pelatihan membatik ini membatik ini merupakan program kerjasama Korea Arts and Culture Education Service (KACES) dengan Sinau Art dan Pemerintah Daerah Kota Cirebon di bidang seni budaya, untuk anak-anak dan warga di daerah Kriyan.

Batik yang dibuat juga memiliki ciri khas sendiri, yaitu menggunakan pewarna alami. Bahan-bahannya diambil dari pepohonan yang banyak terdapat di daerah Kriyan, bisa daun kelor, daun mengkud, daun suji maupun pewarna alami lainnya. “Penggunaan pewarna alami tidak akan mencemari lingkungan,” kata Siska.

Selain itu, dunia saat ini juga lebih menyukai yang alami serta harga jualnya juga lebih tinggi. Sehingga perekonomian warga juga akan tumbuh.

“Lima tahun ke depan kami berharap daerah Kriyan bisa menjadi kampung batik yang maju di Kota Cirebon,” kata Siska. Kampung dimana semua warganya menjadi perajin dan pengusaha batik, bukan buruh batik.

Sementara itu Ketua Umum P2TP2A Kota Cirebon, Ir. Dr. Hj. Ira Irawati, M.Si, menyambut baik adanya program kerja sama ini. “Apalagi ini dilakukan selama lima tahun,” kata Ira. Ini merupakan langkah awal yang baik, karenanya Ira juga meminta kepada semua pihak di Kota Cirebon untuk ikut mendukung program tersebut. “Apalagi kita juga dipantau oleh Kementrian Luar Negeri dan Kementrian Perdagangan,” kata Ira.

Ira pun mengaku sangat senang melihat antusiasme yang diperlihatkan warga Kriyan dalam pelatihan membatik ini. “Baru satu hari, tapi hasilnya luar biasa, mereka sangat senang, tekun dan penuh semangat mempelajari teknik dan cara membatik ini,” ungkap Ira. Selanjutnya warga akan terus dibimbing hingga 5 tahun ke depan.

Sedangkan pimpinan ketua Sinau Art, Nico Permadi berharap agar program ini tidak hanya sebatas seremoni belaka. “Karena 5 tahun itu waktu yang panjang. Yang terpenting memang konsistensi dari teman-teman kita disini,” ungkapnya. Ia pun sangat berharap wajah kawasan Kriyan bisa berubah seiring dengan keberadaan kampung batik ini.(CB-003)