Jumat, 11 Desember 2020

Jumat, Desember 11, 2020

 

Warung Oemah Lawas di Desa Klangenan

JAMBLANG—Oleh Maman Abdurahman (Cirebon Bribin)

Pandemi Covid-19 yang terjadi hampir di seluruh dunia begitu terasa dampaknya dan merubah banyak tatanan kehidupan umat manusia khususnya masyarakat di Indonesia yang mulai merasakan dampaknya tak terkecuali kalangan pegiat seni atau seniman yang ada di Kabupaten Cirebon Jawa Barat.

Sejak Pemerintah menetapkan Wabah Corona Virus atau Covid-19 sebagai Bencana Nasional pada Maret 2020 lalu, pembatasan interaksi masyarakat terus dikurangi dengan sejumlah aturan seperti Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang melarang adanya kerumunan ataupun acara yang menimbulkan keramaian orang berkumpul.

Pelarangan membuat acara yang mendatangkan banyak orang demi memutus mata rantai penyebaran Covid-19 merupakan kenyataan pahit yang harus ditelah kalangan seniman yang biasanya mendapatkan pundi-pundi rupiah ketika tampil dalam sebuah acara.

Seperti yang dialami Arif Nur Alamsyah sorang seniman di Kabupaten Cirebon Jawa Barat yang mulai kehilangan sumber pendapatannya sejak April 2020. Padahal dalam keadaan normal, Arif beserta kelompok seninya bisa tampil 10-15 kali dalam sebulan.

Arif hanya bisa pasrah menerima kenyataan tak pernah lagi mendapatkan permintaan manggung ketika wabah Covid-19 mulai meneror kehidupan setiap orang.

Berbulan-bulan Arif bersama puluhan seniman yang mengelola sanggar seni di Kabupaten Cirebon menunggu kondisi membaik, akan tetapi wabah Covid-19 semakin mengganas hingga akhirnya Presiden Joko Widodo pada Juni 2020 mulai mengumkan bahwa masyarakat Indonesia harus mulai hidup “berdampingan” dengan Covid-19 atau mulai menjalani kehidupan normal dengan gaya baru dan menerapkan protokol kesehatan.

“Sejak April 2020 sudah tak ada job manggung, lalu mulai buka usaha nasi bakar yang dipasarkan secara online,” kata Arif, Kamis 26 November 2020.

Susana di Warung Oemah Lawas

Arif tak pernah membayangkan dirinya membuka usaha kuliner, namun demi tetap bertahan hidup dan memenuhi kebutuhan keluarga, beralih profesi dari seniman menjadi penjual nasi bakar terus digelutinya, hingga akhirnya konsumen yang biasa membeli nasi bakar darinya mengusulkan agar Arif membuka warung yang bisa melayani pembelian langsung.

“Masuk Oktober 2020 memberanikan diri buka warung di dekat tempat tinggal dengan memanfaatkan rumah tua milik nenek sebagai daya tariknya,” tuturnya.

Warung yang dibuka Arif diberi nama Warung Oemah Lawas (warung rumah lama) karena lokasinya berdekatan dengan rumah tua peninggalan penjajah Belanda yang diberi nama rumah van De Vries. Arif menyuguhkan beragam nasi bakar dan menu-menu jaman dulu seperti limun, wedang jahe dan aneka kopi.

Menurut penuturan Arif pada masa pandemi Covid-19 puluhan rekan-rekannya pengelola sanggar seni di Kabupaten Cirebon beralih profesi demi memenuhi kebutuhan sehari-hari setelah kehilangan permintaan manggung.

“Usaha apapun dilakukan asal halal dan bisa mencukupi kebutuhan hidup, itulah yang dilakukan para seniman selama pandemi,” kata Arif.

Jiwa seni yang melakat pada diri Arif begitu kental terlihat dalam menata area warung yang dikelolanya, bahkan setiap Sabtu malam ada pertunjukan seni untuk menghibur para pengunjung Warung Oemah Lawas.

“Jika nanti pandemi berakhir dan mulai ada lagi permintaan manggung, warung ini akan tetap dibuka,” tuturnya.

Lokasi Warung Oemah Lawas berada di Blok Kitorek, Serang, Klangenan Kabupaten Cirebon, dekat Rumah van De Vries yang buka mulai pukul 15.00-23.00 WIB setiap harinya.

“Target berikutnya ingin menjadikan Rumah van De Vries jadi destinasi wisata, ide ini telah ditawarkan ke pemerintah desa dan kecamatan,” pungkasnya.