Senin, 30 April 2018

Senin, April 30, 2018

Pj Wali Kota Cirebon, Dr. H. Dedi Taufik, M.Si megungkapkan pola hidup sehat ditopang oleh beberapa faktor. Dimana, peran Dinas Kesehatan (Dinkes) penting untuk menggalakan gerakan masyarakat hidup sehat (germas).

“yang kita harus pahami, sehat itu ditopang dengan beberapa faktor,” ungkap Dedi, saat membuka Raker Kesda yang mengambil tema Sinergitas Perencanaan Terintegrasi Dalam Percepatan Eliminasi Tuberculosis, Penurunan Stunting dan Peningkatan Cakupan Serta Mutu Imunisasi melalui PIS-PK, Germas dan SPM, Senin, (30/4).

Karena itu, lanjut Dedi, Raker Kesda ini penting untuk mensinergikan program pelayanan kesehatan apa yang akan diberikan kepada masyarakat. Tentang bagaimana ke depan kita memahami satu masalah, memprioritaskan dan menganalisis masalah.

"Sehingga program-program di bidang kesehatan saling bersinergi dan memiliki derajat tinggi," tuturnya.

Selanjutnya Dedi juga berpesan agar puskesmas yang memiliki layanan rawat inap diperbanyak.

“Sekarang kita sudah memiliki 22 puskesmas dan 15 puskesmas pembantu,” ungkap Dedi.

Tujuannya tidak lain untuk menopang keberadaan RSUD Gunung Jati yang selama ini menjadi rujukan dari sejumlah daerah di luar Kota Cirebon bahkan hingga Brebes, Jawa Tengah. Dengan diperbanyaknya puskesmas yang bisa melayani rawat inap maka pelayanan kesehatan yang diberikan kapda 321 ribu penduduk Kota Cirebon akan lebih baik lagi.

Sementara itu Kepala Dinas Kesehatan Kota Cirebon, dr. H. Edy Sugiarto, M.Kes, menjelaskan ada sejumlah program kerja yang akan mereka lakukan tahun ini. Yaitu penurunan kematian ibu dan bayi, penurunan penyakit menular dan tidak menular, serta stunting (kurang gizi kronis akibat asupan gizi yang kurang dalam waktu yang cukup lama) yang harus dieleminasi.

“Kita memang terbatas dari segi sumber daya manusia (SDM), namun dengan bekerja seoptimal mungkin kami yakin dengan segala keterbatasan yang ada pencapaian bisa optimal,” ungkap Edy.  Melalui Raker Kesda ini juga turut disosialisasikan indikator-indikator keluarga sehat dengan pendekatan berbasis keluarga.

Salah satu yang menjadi masalah maupun hambatan dalam penerapan pola hidup sehat masyarakat di Kota Cirebon yaitu masih adanya pemahaman yang salah mengenai kesehatan.

“Salah satunya di daerah Argasunya,” ungkap Edy.

Di daerah tersebut masih belum diperbolehkan dilakukannya imunisasi. Karena itu pencapaian imunisasi di daerah lain bisa mencapai 90 persen di Argasunya hanya 70 persen. Untuk mengatasinya, lanjut Edy, mereka saat ini terus melakukan pendekatan sosial kultur dan demografis dengan melibatkan seluruh stakeholders yang saling terkait.(CB-003/RLS)