Jumat, 27 Agustus 2021

Jumat, Agustus 27, 2021
Foto : KP BEI Jawa Barat

CIREBON (CIREBON BRIBIN) - Berinvestasi saham di pasar modal Indonesia kini sedang digandrungi oleh berbagai lapisan masyarakat, mulai dari pekerja, milenial sampai ibu rumah tangga. Hal ini tentu didasari oleh kemudahan bertransaksi saham yang kini bisa dilakukan dari rumah secara digital melalui transaksi online.

Situasi bisnis di sektor rill yang cenderung tidak kondusif turut memacu booming-nya investasi saham. Sebab, dana investasi yang sedianya dialokasikan ke sektor usaha, namun karena terjadi stagnasi akibat wabah Covid-19, bisa dialokasikan lebih dahulu ke instrumen saham.

Meski begitu, bagi investor pemula harus dapat mengenali dan mengidentifikasi profil risiko masing-masing sebelum memulai untuk memilih produk investasinya. Kenali risiko dulu agar tetap nyaman dalam berinvestasi di pasar modal. Lalu, apa hubungan antara risiko dan kenyamanan?

Nah, ini jawabannya. Jika seorang investor tidak siap menghadapi risiko jangka pendek ketika mengalami kerugian investasi (capital loss) di pasar saham, maka hal tersebut akan mengakibatkan trauma atau kapok bagi investor untuk berinvestasi kembali.

Ada tiga karakter investasi pemodal atau disebut juga profil risiko, yaitu konservatif (risk averter), moderat, dan agresif (risk taker). Kita harus mencari tahu dulu, kita merupakan tipe investor yang seperti apa. Ada beberapa versi kuesioner yang umumnya disiapkan perusahaan sekuritas tempat investor membuka rekening saham untuk mengidentifikasi profil risiko calon investor.

Kurang lebih pertanyannya akan mengarahkan responden untuk memilih pernyataan mana yang paling sesuai dengan diri masing-masing investor. Misalnya, pertama, saya ingin berinvestasi dalam jangka waktu satu tahun, pada instrumen investasi yang menyerupai tabungan, atau deposito berjangka, di mana hampir tidak ada risiko penurunan nilai investasi awal saya.

Kedua, saya mengharapkan tingkat pengembalian hasil yang lebih tinggi dari tabungan dan deposito berjangka. Saya tidak siap menerima fluktuasi negatif dalam jangka pendek. Tingkat risiko rendah penting bagi saya. Tetapi saya siap mengalokasikan sebagian dana pada instrumen yang memberikan hasil investasi dan risiko yang lebih tinggi dari tabungan dan deposito.

Ketiga, saya mengharapkan nilai investasi tumbuh dan pengembalian hasil yang tinggi. Saya dapat menerima fluktuasi investasi negatif dalam jangka pendek, termasuk kemungkinan investasi awal. Keempat, saya mengharapkan nilai investasi saya tumbuh sangat pesat. Saya dapat menerima fluktuasi negatif yang signifikan dalam jangka pendek, termasuk kemungkinan penurunan nilai atau kehilangan seluruh investasi awal.

Jika seorang calon investor memilih pilihan pertama, maka ia dapat dikatagorikan sebagai tipe investor konservatif atau menghindari risiko, yaitu hanya mau berinvestasi dalam jangka pendek, dan tidak mau memikul penurunan nilai investasi awal. Tipe seperti ini tidak cocok untuk berinvestasi saham. Ada baiknya investor menyimpan uangnya pada instrument deposito dan obligasi atau surat utang negara yang jatuh temponya pendek.

Jika seorang investor memilih pilihan kedua dan ketiga, maka dia masuk dalam tipe investor moderat. Siap menerima risiko turunnya investasi dalam jangka pendek, tetapi tidak siap jika kehilangan seluruh modal investasi. Tipe moderat yang kedua hanya bisa berinvestasi saham dengan porsi kecil antara 10-30% dari total dana investasi yang dimiliki. Sebagian besarnya bisa dialokasikan ke obligasi, surat utang negara dan instrumen pasar uang yang ada di bank, yaitu deposito dan sejenisya. Tipe moderat dengan pilihan jawaban ketiga, bisa mengalokasikan dana investasi ke instrumen saham lebih banyak, yaitu 50% dengan komposisi berimbang. Separuhnya ke produk pendapatan tetap yaitu obligasi dan surat utang negara.

Sementara investor agresif yang memilih jawaban keempat, bisa mengoptimalkan dana investasinya antara 70-100% pada instrumen saham, karena tipe ini siap menerima fluktuasi negatif dalam jangka pendek dan risiko kehilangan seluruh modal investasi awal. Tentu saja toleransi risiko yang tinggi ini akan seimbang dengan potensi return atau capital gain yang tinggi, yang bisa diperoleh dalam jangka waktu yang relatif panjang.

Penentuan tingkat risiko ini sejalan dengan prinsip “high risk, high return, low risk, low return”. Jika seorang investor tidak berani menanggung risiko yang besar, maka hasil investasinya pun akan relatif rendah. Sebaliknya, hasil investasi tinggi berpeluang untuk diterima sang risk taker yang siap menerima risiko tinggi pula. (TIM BEI/CB-003)