Bupati Cirebon, Imron Rosyadi meninjau bantuan program BBRS di Desa Pesaleman, Kecamatan Pesaleman, Kabupaten Cirebon. Foto : Diskominfo Kabupaten Cirebon |
PESALEMAN (CIREBON BRIBIN) - Pada tahun 2022 ini, Program Bantuan Bedah Rumah Swadaya (BBRS) Bantuan Pemkab Cirebon akan melaksanakan bantuan sebanyak 750 unit rumah tidak layak huni di 77 desa dalam 25 kecamatan. Total nilai bantuannya mencapai Rp13.125.000.000,00 (tiga belas milyar seratus dua puluh lima juta rupiah, red).
"Tahun ini sudah kami anggarkan lagi. Mungkin pelaksanaannya sekitar bulan Agustus tahun ini. Saya harap bantuan ini bisa bermanfaat, meskipun belum bisa dirasakan semua warga yang rumahnya masuk kategori BBRS," kata Bupati Cirebon, Imron Rosyadi saat meninjau program BBRS pada salah satu rumah warga di Desa Pesaleman, Kecamatan Pesaleman, Kabupaten Cirebon, Selasa (22/3).
Menurutnya, bantuan sebesar Rp17,5 juta per rumah memang dirasa kurang. Namun pihaknya juga sudah memperhitungkan tingkat kelayakan dengan nominal sebesar itu. Yang penting, masyarakat rumahnya layak huni dan bukan tinggal di gubuk.
"Ini kan bantuan stimulan. Sisanya ya silahkan diperbaiki sendiri. Yang penting kan rumah bisa ditembok, lantainya juga bukan lantai tanah," ungkap Bupati.
Imron menambahkan, jumlah Rumah Tidak Layak Huni di Kabupaten Cirebon yang telah terdata di tahun 2019 pada Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Pertanahan (DPKPP) Kabupaten Cirebon sebanyak 18.370 unit. Sedangkan program bantuan penanganan Rumah Tidak Layak Huni dari Pusat, Provinsi dan Kabupaten Cirebon dari tahun 2019 hingga 2021, sebanyak 5.601 unit.
"Sehingga, pada tahun 2022 ini jumlah yang belum tertangani masih sekitar 12.769 unit," tambahnya.
Sementara itu, Sekdis DPKPP Kabupaten Cirebon, Uus Sudrajat menyebutkan, BBRS sebetulnya bantuan Rutilahu. Sistem yang diberikan adalah stimulan. Sedangkan dana yang diterima sebesar Rp17,5 juta, harus disisakan Rp2,5 juta yaitu untuk biaya tukang.
"Disisain itu maksudnya yang harus dipakai untuk beli material jumlahnya Rp15 juta. Nah, yang Rp2,5 juta bisa diambil langsung oleh si penerima, tapi untuk bayar tukang," paparnya.
Secara umum tambahnya, persyaratan mendapat BBRS adalah tanahnya milik sendiri dengan bukti yang otentik. Disamping itu, harus ada bentuk fisik rumah dan lolos penilaian fasilitator. Dirinya mengakui, banyak rumah tidak layak huni, namun posisinya menempati tanah disepadan sungai atau tanah milik orang lain.
"Fasilitator kami yang menentukan, apakah bisa masuk kriteria program BBRS atau tidak. Walaupun banyak rumah tidak layak huni, kalau tanahnya di sepadan sungai, ya pastinya tidak akan bisa,"pungkasnya. (CB-003)