JAKARTA (CIREBON BRIBIN) - Dampak awan panas dan guguran erupsi Gunung Semeru yang melanda Kabupaten Lumajang, Provinsi Jawa Timur pada 4 Desember 2021, mengakibatkan satu sekolah rusak berat, lima rusak ringan, dan 19 terdampak debu, sebanyak 2.558 siswa dan 194 guru mengungsi, dan 6 siswa meninggal (data per 14 Desember 2021).
Untuk memastikan layanan pendidikan tetap berjalan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) saat ini telah mengirimkan 33 tenda darurat untuk dijadikan ruang kelas dan menurunkan tim pendamping dari Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Ditjen GTK), Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah (Ditjen Pauddikdasmen), Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Provinsi Jawa Timur dan Sekretaiat Nasional Satuan Pendidikan Aman Bencana.
“Kita ketahui sejak erupsi Gunung Semeru terjadi, pembelajaran dan layanan pendidikan di satuan pendidikan terganggu. Sejak saat itu, Kemendikbudristek telah melakukan beberapa penanggulangan untuk memastikan layanan pendidikan di satuan pendidikan terdampak erupsi tetap berjalan dengan baik meski di tengah kondisi darurat,” terang Sekretaris Jenderal, Kemendikbudristek, Suharti, di Jakarta, Sabtu (18/12).
Suharti mengatakan, pemerintah telah mengaktifkan Pos Pendidikan sebagai sarana koordinasi penanganan darurdat bidang pendidikan dan sedang mendirikan tenda-tenda kelas pembelajaran darurat di 14 titik pengungsian yang digunakan bagi pembelajaran kolaboratif peserta didik terdampak untuk semua jenjang pendidikan mulai PAUD, SD dan SMP.
“Proses pembelajaran pada wilayah terdampak bersifat situasional dan kondisional sehingga pelaksanaan pembelajaran menggunakan mekanisme pembelajan darurat dengan model pembelajaran kolaboratif. Pelaksanaan Penilain Akhir Semester (PAS) pada sekolah wilayah terdampak juga tentu bersifat kondisional, boleh dilaksanakan atau susulan,” tutur Suharti.
Selain tenda ruang kelas darurat, Kemendikbudristek juga telah mengirimkan 2.223 paket perlengkapan belajar siswa yang dikoordinasikan LPMP Jawa Timur termasuk santunan bagi keluarga peserta didik yang meninggal. LPMP Jawa Timur menghimpun bantuan dari seluruh satker di Kemendikbudristek diantaranya, yaitu Biro Umum dan PBJ, Seluruh Satker di Ditjen PAUD DASMEN, DPW Kemdikbudristek, DPW Direktorat SMA, LPMP se-Indonesia, BP-PAUD DIKMAS se Indonesia, dan operator Dapodik se-Jatim.
“Saat ini, sarana pendukung pembelajaran dan dukungan psikososial sangat diperlukan sekali untuk peserta didik yang berada dipengungsian. Dukungan dari semua pihak diperlukan untuk memberikan layanan pendidikan dalam situasi darurat dan pemulihan pasca bencana,” kata Rizqi, Kepala LPMP Jawa Timur.
Kemendikbudristek mengimbau semua satuan pendidikan di Kabupaten Lumajang, baik itu jenjang PAUD,SD, SMP, SMA, SMK dan SLB wajib menampung dan memberikan pelayanan pendidikan kepada siswa pengungsi yang tersebar di seluruh wilayah Kabupaten Lumajang dengan sebaik baiknya.
Pada kesempatan yang sama, Jamjam Muzaki dari Sekretariat Nasional Satuan Pendidikan Aman Bencana (Seknas SPAB) menyampaikan untuk memperbarui data pengungsi, Koordinator Wilayah Pendidikan Kecamatan se-Kabupaten Lumajang terus melakukan pencarian dan mendata peserta didik terdampak yang berada di kantong-kantong pengungsian.
Untuk pembelajaran darurat di wilayah terdampak beberapa materi pelajaran yang perlu diberikan adalah materi terkait keselamatan, keamanan, perlindungan diri, cara-cara penyelamatan dan evakuasi, termasuk prilaku hidup bersih dan sehat di lingkungan pengungsian kepada peserta didik terdampak bencana. “Kemendikbudristek menghimbau guru Bimbingan Konseling dan/atau guru lainnya agar segera dapat memberikan dukungan psikososial bagi peserta didik di lokasi terdampak erupsi Smeru,” ucap Jamjam. (Rls/CB-003)