Kamis, 14 Maret 2019

Kamis, Maret 14, 2019
Intani Prajaswari, S.IP, Kepala Sekolah PAUD, TK, dan SD Kinderfield (pegang mic)


KEJAKSAN (Cirebon Bribin)-- Lebih dari seratus anak didik di TK Kinderfield memiliki latar belakang agama yang berbeda-beda. Mulai dari katholik, protestan, islam, budha. "Hindu yang tahun ini tidak ada", jelas Intani Prajaswari, S.IP, Kepala Sekolah PAUD, TK, dan SD Kinderfield.

Sejak berdiri pada tahun 2009, TK ini memang mengusung konsep multi religions, hal ini menjadi ciri khas TK Kinderfield dan membedakannya dengan TK-TK lain di Kota Cirebon. "Pendidikan tidak bisa dikotak-kotakkan", jelas Intan.

Dalam kegiatan belajar sehari-hari, anak didik di TK Kinderfield tidak lah dibedakan, semua anak berbaur dalam satu ruangan belajar. "Terkecuali saat pelajaran keagaamaan, anak-anak masuk ke ruangan sesuai agama masing-masing", kata Intan.

Selain sudah terakreditasi, keunggulan yang dimiliki TK ini adalah penerapan Franchise curriculum. Kurikulum ini merupakan kurikulum internasional yang kemudian disesuaikan dengan kultur dan kebutuhan anak didik. Di samping itu juga, anak didik senantiasa diajarkan assembly and character building.

Intani pun mengungkapkan, walaupun semua anak didik di TK ini berasal dari agama yang beragam tapi tidak pernah terjadi perselisihan diantara mereka. "Tidak pernah ada masalah, mereka semua berteman baik", ungkapnya.

Hal ini dikarenakan ada beberapa metode yang digunakan oleh TK Kinderfield ini guna menanamkan pemahaman pada anak didik akan keberagaman. Salah satunya dengan mengadakan Celebrate pada setiap hari besar keagamaan. "Misal perayaan Idul Fitri, Marry Christmas, semua anak didik ikut bergantian menghadiri", jelas Intan.
Selain itu guru-guru di Kinderfield juga tidak pernah bosan untuk mengingatkan kepada para anak didik akan indahnya keberagaman. "Kami selalu mengingatkan, we are different you're Moslem, you're Christen, but we're still friend right" ungkap Intan.
Wali murid juga tidak perlu khawatir akan kualitas guru-guru di Kinderfield. Lebih dari 30 guru di sini telah terpilih secara selektif. "Jika mereka memiliki keyakinan yang ekstrem terhadap agamanya ya tidak bisa kita terima", pungkasnya. (Afriyah Erma Yanti/CB-001).