Sabtu, Oktober 16, 2021
Halaqah Nasional, Deklarasi, dan Komitmen Moderasi Beragama bersama Forum Rektor, Akademisi, serta Pemuda Cirebon di NU Center, Jalan R Dewi Sartika, Kecamatan Sumber, Kabupaten Cirebon, Sabtu (16/10). Foto: Ist

SUMBER (CIREBON BRIBIN) - Berdasarkan survei, indeks keseharian beragama kerukunan beragama di Jawa Barat tergolong masih rendah. Karenanya, Kementerian Agama (Kemenag) RI meminta kerukunan beragama di Jawa Barat harus ditingkatkan.

Hal tersebut seperti yang diungkapkan oleh Kasubag TU Puslitbang Bimas Islam Kemenag RI, Rizki Riyadu Topeq, saat ditemui usai Halaqah Nasional, Deklarasi, dan Komitmen Moderasi Beragama bersama Forum Rektor, Akademisi, serta Pemuda Cirebon di NU Center, Jalan R Dewi Sartika, Kecamatan Sumber, Kabupaten Cirebon, Sabtu (16/10).

"Survei tersebut dilaksanakan rutin setiap tahunnya," ungkapnya.

Namun, menurut dia, dalam lima tahun terakhir hasil survei menunjukkan kerukunan beragama di Jawa Barat menduduki peringkat 10 terendah se-Indonesia.

"Survei ini menjadi bukti perlunya meningkatkan kerukunan antarumat beragama di Jawa Barat," ujar Rizki.

Pihaknya pun mengajak seluruh elemen masyarakat Jawa Barat untuk menjunjung tinggi sikap toleransi kepada setiap umat beragama.

"Hasil survei tersebut harus menjadi perhatian semua pihak, sehingga ke depannya Jawa Barat menjadi provinsi yang rukun dan guyub," ujarnya.

Pihaknya mengakui sejumlah provinsi lainnya di Indonesia juga perlu meningkatkan sikap kerukunan beragama, di antaranya, DKI Jakarta, Banten, DI Aceh, Sumatera Barat, dan lainnya.

Namun, dari hasil survei tersebut daerah Indonesia bagian tengah dan timur kerukunan beragamanya tergolong bagus.

"Provinsi yang kerukunan beragamanya sudah bagus misalnya, Papua Barat, Papua, NTT, Sulawesi Utara, dan lainnya," kata Rizki Riyadu Topeq.

Topeq mendorong para pemuda yang hadir dalam kegiatan kali ini untuk menebarkan semangat keberagaman di lingkungannya masing-masing.

Ia menilai pentingnya membumikan moderasi beragama di kalangan pemuda yang notabene merupakan generasi penerus bangsa.

"Agar ke depannya masyarakat Indonesia saling menguatkan dalam menjaga keseimbangan yang paripurna," ujar Rizki Riyadu Topeq.

Halaqah nasional kali ini diprakarsai Puslitbang Bimas Agama Kemenag RI yang bekerja sama dengan Yayasan Lentera Muda Indonesia dan GP Ansor Kabupaten Cirebon.

Dalam kegiatan itu, puluhan pemuda yang hadir tampak menerapkan protokol kesehatan ketat. Selain itu, sejumlah peserta mengikuti halaqah secara daring.

Bahkan, beberapa narasumber yang merupakan rektor perguruan tinggi dan kalangan akademisi pun menyampaikan materinya secara daring.

Sementara Ketua Yayasan Lentera Muda Indonesia, Wahyono, mengatakan, moderasi beragama sangat dibutuhkan dalam kehidupan, terutama di negara dengan kebudayaan dan agama yang heterogen seperti Indonesia.

Pasalnya, sesuai pesan Menteri Agama RI, Yaqut Cholil Qoumas, di Indonesia beragama pada hakikatnya adalah berindonesia, dan berindonesia itu pada hakikatnya adalah beragama.

Karenanya melalui halaqah ini, pihaknya mencoba memfasilitasi para pemuda Cirebon memahami pentingnya mewujudkan moderasi beragama yang berwawasan kebangsaan, religius, dan berdaya saing.

"Output dari halaqah ini jangka panjangnya adalah melahirkan para pemimpin muda yang bersikap moderat dalam beragama," kata Wahyono. (CB-003)

0 comments:

Posting Komentar