Sabtu, Maret 07, 2020


Beragam produk fesyen Cottonology telah dipasarkan di 30 kota di seluruh Indonesia, dan menjadi top selling diberbagai e-commerce tanah air. Foto : Ist.

CIREBON (CIREBON BRIBIN) - Brand fesyen ternama asal Kota Bandung, Cottonology patut menjadi contoh bagi calon atau pelaku usaha lainnya.

Selain berhasil masuk top selling ranked di platform e-dagang Indonesia seperti Shopee, Lazada, BliBli, Tokopedia, Zalora serta telah membuka 60 top-up store di 30 kota dan telah menjual lebih dari 400 ribu item pakaian pria di seluruh Indonesia.

Brand fesyen asli dalam negeri ini juga ternyata sangat peduli dengan lingkungan melalui konsep Green Company yang mereka terapkan.

Carolina Danella Laksono, pendiri dan CEO Cottonology mengatakan, konsep Green Company merupakan keharusan bagi perusahaan dalam skala apapun saat ini.

"Sejak awal kami telah menerapkan konsep green company dalam menjalankan usaha, sehingga tidak ada limbah yang dibuang dari hasil produksi pabrik," katanya kepada cirebonbribin.com hari ini, Sabtu (7/3).

Carolina Danella Laksono, pendiri dan CEO Cottonology merupakan seorang lulusan University of California, Berkeley. Foto : Ist.

Dia menuturkan, penerapan Green Company pada Cottonology dilatar belakangi dari banyaknya pelaku usaha, khususnya UMKM yang tidak menaruh perhatian terhadap proses produksi memberikan dampak negatif terhadap lingkungan sekitarnya.  

Pencemaran sungai oleh limbah merupakan salah satu contoh ketidakpedulian pelaku industri terhadap pelestarian alam seperti yang terjadi di Jawa Barat misalnya, sungai Cilamaya, Cileungsi dan Citarum merupakan objek yang telah tercemari oleh limbah domestik dan limbah industri oleh pelaku usaha baik skala korporasi maupun menengah.

"Selain merusak lingkungan, tindakan mencemari sungai juga dinilai telah melanggar hukum dan dianggap telah melakukan tindakan pidana," tuturnya.

Dia menjelaskan, Cottonology yang setiap harinya memproduksi ratusan item pakaian, bila dilihat dalam kacamata industri, banyak sekali limbah yang di hasilkan.

Namun karena sejak awal berorientasi pada keberlangsungan lingkungan hidup di sekitar pabrik, maka limbah yang di hasilkan pun bisa didaur ulang sehingga tidak menimbulkan bahaya.

"Seperti misalnya limbah dari celupan benang yang dpintal untuk mendapatkan warna yang sesuai," jelas wanita lulusan University of California, Berkeley ini.

Carolina mengatakan, pencemaran yang dihindari itu ada dua, yakni saat produksi dan saat produk tersebut digunakan oleh pelanggan. Karena itulah, Cottonology memilih menggunakan bahan katun organik, yang ramah lingkungan saat pembuatan maupun perawatan karena tidak membutuhkan bahan kimia.

Dia menambahkan, berdasarkan data yang ia peroleh dari The Waste and Resources Action Programme (WRAP), perkembangan industri mode yang begitu cepat mendorong produksi 80 miliar potong kain setiap tahunnya dan tumpukan pakaian senilai Rp2,5 triliun ditemukan di tempat pembuangan sampah.

Pembuangan bahan tekstil ini dapat melepaskan racun dan emisi metana ke udara. Bahkan serat-serat mikronya bisa masuk ke saluran air.

"Data tersebut juga memprediksi kalau industri mode nantinya akan menjadi kontributor polusi dua terbesar setelah minyak,” tambah pengusaha muda lulusan bidang studi ekonomi politik ini.

Karena itu, sekali lagi Dia menegaskan bahwa dalam menjalankan usahanya ia tidak ingin fokus hanya pada pencapaian dari sisi bisnisnya saja, namun juga kontribusi dari sisi sosial dan lingkungan.

Dari sisi sosial, Cottonology melibatkan banyak sekali penjahit-penjahit lokal di sekitar Bandung yang terdiri dari perajin rumahan, individu atau lepasan.

Sedangkan dari sisi lingkungan, Cottonology  meminimalisir pencemaran lingkungan zero tolerance, sehingga menjadi UMKM yang ramah lingkungan.

“Karena proses produksi kami tangani dari hulu ke hilir, jadi kami bisa memantau dari sisi lingkungannya sehingga benar-benar terjaga dari proses pencemaran. Selain itu, dari sisi bisnis, dampaknya terasa pada harga yang jauh lebih terjangkau sehingga pasar kami masuk ke semua kalangan,” tutupnya.(CB-003)

0 comments:

Posting Komentar