Rabu, 06 November 2019

Rabu, November 06, 2019
Tradisi nyiram gong Sekaten di langgar alit Keraton Kanoman Cirebon


LEMAHWUNGKUK (CIREBON BRIBIN) - Keraton Kanoman gelar tradisi nyiram Gong Sekaten hari ini, Rabu 6 November 2019 bertempat di Langgar Alit Keraton Kanoman Cirebon.


Momen keluarnya Gong Sekaten ini menjadi salah satu kesempatan bagi masyarakat Cirebon dan sekitarnya untuk menyaksikan secara langsung bagaimana wujud rupa Gamelan pusaka yang hanya muncul sekali dalam setahun itu.
 

Gong Sekaten hanya boleh dikeluarkan dan diambil oleh abdi dalem Keraton Kanoman dengan disaksikan oleh Sultan Raja Muhammad Emirudin (Sultan Kanoman XII) atau Patih beserta para Pinangeran Keraton Kanoman.


Juru Bicara Keraton Kanoman, Ratu Raja Arimbi Nurtina, mengatakan Nyiram Gong Sekaten atau mencuci gong pusaka peninggalan Sunan Gunung Jati, dari Bangsal Ukiran (Gedong Pejimatan) berlangsung hanya satu kali dalam setahun, tepatnya pada tanggal 07 Muwal-Pat-Ma (Mulud) Kalender Aboge Keraton.


"Proses keluarnya Gong Sekaten ini menjadi penanda akan dilaksanakanya prosesi Panjang Jimat," katanya.


Arimbi mengungkapkan, pada prosesi Panjang Jimat tersebut, Gong Pusaka ini juga nantinya akan dibunyikan bersama seperangkat gamelan lainnya dan di mainkan oleh Nayaga khusus.


"Para Nayaga yang memainkan Gamlean Sekaten merupakan keturunan dari para pendahulunya," ungkapnya.


Dijelaskan Arimbi, Gong Sekaten merupakan seperangkat Gamelan pusaka milik Keraton Kanoman Cirebon dahulunya dihadiahkan dari Keraton Demak kepada Ratu Wulung Ayu (putri Sunan Gunung Jati dengan istrinya Nyimas Tepasari dari Majapahit) yang pada saat itu baru saja ditinggal wafat suaminya, yakni Adipati Unus atau Pangeran Sabrang Lor, Raja Demak Bintoro kedua setelah Raden Fattah.


Pada saat Ratu Wulung Ayu hendak pulang ke Cirebon, putri Sunan Gunung Jati tersebut diberikan hadiah oleh Sultan Trenggono, Raja Demak Bintoro ke III.


"Oleh Ratu Wulung Ayu Gamelan Sekaten itu dibunyikan setiap bulan mulud dalam peringatan Panjang Jimat," jelasnya.


Gamelan Sekaten masih tetap menjadi tradisi yang dikeluarkan dan dibunyikan pada bulan Mulud untuk menghormati kelahiran Gusti Rosul dan media Islamisasi di Cirebon, Gamelan pusaka tersebut menjadi saksi bisu kebesaran tradisi Islam di Cirebon tepatnya di Keraton Kanoman Cirebon.(CB-003)