Kamis, Juli 06, 2017

Puluhan pelaku Industri Kecil Menengah yang menggunakan garam di Cirebon dan Indramayu menjerit akibat kelangkaan pasokan garam. Bahkan 90% diantaranya sudah gulung tikar akibat kelangkaan ini.

Kelangkaan garam ini terjadi akibat anomali cuaca yang terjadi sejak tahun 2016 kemarin. Kemarau basah menjadi kendala bagi petani garam lokal, karena dalam proses produksinya, garam sangat bergantung pada cuaca.

M. Taufik selaku ketua Asosiasi Petani Garam Indonesia (APGASI) Jawa Barat di Cirebon, Rabu (5/6). Mengatakan, seharusnya dalam setahun di wilayah Jawa Barat dalam kondisi normal, petani bisa memproduksi 550 ribu ton garam.

"Dari sekitar 11 ribu petani garam di Jawa Barat bisa menghasilkan 550 ribu ton garam, namun ditahun 2016 jumlah produksinya Nol, tidak ada produksi sama sekali,"terangnya.

Taufik menambahkan, kondisi ini terus berlanjut bahkan sampai dibulan Juni 2017 belum ada petani yang memproduksi garam.

"Bulan Juni tahun ini seharusnya sudah mulai masa produksi garam, namun karena hujan masih terus turun para petani juga tidak bisa berproduksi,"kata Taufik lagi.

Langkah pemerintah dengan melakukan impor garam melalui PT Garam Persero untuk memenuhi kebutuhan garam juga tidak banyak membantu IKM.

Pengakuan Surjati, perwakilan pelaku IKM dikarenakan garam impor juga sangat sulit didapatkan. Bahkan tidak ada satupun IKM di Cirebon dan Indramayu yang mendapatkannya.

"Padahal kami sangat membutuhkan bahan baku garam, tapi kenapa sangat sulit didapatkan. Padahal pemerintah sudah mengimpor garam,"ujarnya.(CB-003)

0 comments:

Posting Komentar