Senin, November 07, 2016


Jalan Siliwangi Kota Cirebon/Admin1
CIREBON—Lapak pedagang kaki lima (PKL) kembali menjamur di trotoar jalan utama Kota Cirebon seperti Jalan Siliwangi, Jalan Kartini dan Jalan Karanggetas yang sebelumnya pernah ditertibkan saat Kota Cirebon masih dipimpin almarhum Ano Sutrisno.
Alasan penertiban itu sendiri adalah ketiga ruas jalan tersebut merupakan ruas jalan ring 1 Kota Cirebon, selain itu untuk memberikan kenyamanan para pejalan kaki yang haknya terambil oleh para pedagang yang berjualan di sepanjang trotoar.
Ketika itu, solusi yang ditawarkan Pemerintah Kota Cirebon adalah relokasi lapak PKL di Jalan Siliwangi, Kartini dan Karangetas ke area sekitar Gedung BAT dan sempat meresmikan kawasan tersebut menjadi Cirebon Culinary Night.
Komunitas PKL Kota Cirebon kala itu berontak, beberapa kali bahkan melakukan aksi unjuk rasa di depan Kantor Wali Kota Cirebon untuk menolak relokasi. Alasannya, selain karena sepi pembeli, ada banyak oknum yang memasang tarif cukup mahal jika pedagang ingin memindahkan lapak ke sekitar Gedung BAT.
Sakit yang menerpa Wali Kota Cirebon Ano Sutrisno akhirnya menghentikan langkah politik dan hidup orang nomor satu di Kota Cirebon tersebut. Pimpinan baru Kota Cirebon yang berada di bawah kontrol Nasrudin Azis seolah tak meneruskan kebijakan almarhum Ano Sutrisno. Kini pemilik gerobak kaki lima dari Gedung BAT kembali menguasai trotoar jalanan utama Kota Cirebon.
Menjamurnya Lapak PKL, Berkah atau Musibah?
Pertanyaan itu mungkin sempat terbesit di benak pembaca sekalian. Keberadaan lapak-lapak PKL di sepanjang jalan utama Kota Cirebon apakah membawa keberkahan atau musibah bagi Kota Cirebon.
Berkah dalam arti keberadaan lapak PKL memang memberikan kontribusi positif bagi Kota Cirebon atau hanya semakin membuat suasana semakin tidak teratur dan kumuh atau bisa diartikan musibah.
Penulis berbendapat, jadi berkah atau musibah tergantung situasi dan kondisi para PKL itu sendiri. Jika ditata dengan baik tentu keberadaannya menjadi berkah, karena selain mendorong ekonomi kerakyatan yang artinya membantu Pemkot Cirebon mensejahterakan rakyatnya juga tetap sedap dipandang mata karena tertata dengan rapih.
Bisa juga menjadi musibah bagi tatatanan Kota Cirebon jika keberadaan lapak PKL menjamur tidak tertata apalagi sampai menghasilkan sampah yang berserakan di sepanjang jalan utama yang notabene wajah Kota Cirebon.
Beberapa pengamat pariwisata di Kota Cirebon sebetulnya lebih sepakat jika Pemkot Cirebon membina para pemilik lapak PKL tanpa harus melakukan relokasi. Karena sejumlah daerah malah bersusah payah membuat daerahnya ramai, sedangkan Kota Cirebon malah sebaliknya. Penataan yang lebih halus adalah dengan memberikan kontrak tertulis kepada para PKL agar tetap menjaga kebersihan dan ketertiban. Bahkan lebih bagus lagi jika Pemkot Cirebon mendorong para PKL menghiasi lapaknya seindah mungkin agar sedap dipandang mata.
Toh PKL bukan peminta-minta atau gelandangan yang hanya membebani pemerintah. PKL mampu mencari penghasilan sendiri, hanya saja tak cukup modal menyewa atau membeli toko untuk berjualan. (Admin1)

0 comments:

Posting Komentar